Sabtu, 28 Februari 2015

Ekologi Tumbuhan


Bab I
PENDAHULUAN
1.1.    Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan Negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah baik flora maupun fauna. Kekayaan keanekaragaman hayati ini membiarkan keuntungan yang besar bagi masyarakat. Keanekaragaman Flora di Indonesia sangatlah banyak, Hal ini  dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mendukung persebaran tersebut. Diantaranya adalah tinggi rendah dari permukaan laut, jenis tanah, jenis hutan, iklim, pengaruh manusia, keadaan air dan lain-lain.
Dunia tumbuhan selalu mengalami proses perubahan, perkembangan dan penyebaran. Perubahan, perkembangan dan penyebaran tumbuhan di muka bumi ini “seirama” dengan perubahan dan perkembangan faktor intern dan ekstern. Faktor-faktor biologik sebagai faktor dalam (intern) meliputi perkawinan silang, mutasi, dan modifikasi genetika dari tumbuhan tersebut Faktor geografik sebagai faktor loaf (ekstern) meliputi perubahan iklim, tanah, aktivitas vulkan, dan kerak bumi. Secara garis besar penyebaran tumbuhan di muka bumi ini dapat digolongkan menjadi 8 kelompok yaitu berdaun lebar hijau sepanjang tahun, berdaun lebar disertai masa gugur daun, berdaun jarum hijau sepanjang tahun, rerumputan, bangsa lumut, campuran tumbuhan berdaun lebar dan jarum hijau sepanjang tahun, berdaun jarum mengalami musim gugur, dan campuran tumbuhan berdaun lebar hijau sepanjang tahun dan masa gugur daun.
Ekologi merupakan salah satu ilmu dasar bagi ilmu lingkungan. Berbicara ekologi pasti tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik (benda-benda mati) dan biotic (makhluk hidup). Dimana lingkungan yang ditempati berbagai jenis makhluk hidup tersebut saling mempengaruhi dan dipengaruhi. Ekologi berkepentingan dalam menyelidiki interaksi organisme dengan lingkungannya. Pengamatan ini bertujuan untuk menemukan prinsip-prinsip yang terkandung dalam hubungan timbal balik tersebut.
Dalam studi ekologi digunakan metoda pendekatan secara rnenyeluruh pada komponen-kornponen yang berkaitan dalam suatu system. Ruang lingkup ekologi berkisar pada tingkat populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan. Pembahasan ekologi
1.2      Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang dapat kami susun adalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian ekologi tumbuhan?
  1.    Apa aspek ekologi tumbuhan?
  2.    Bagaimana sejarah dan perkembangan ekologi tumbuhan?
  3.  Apa yang dimaksud dengan suksesi?
  4.  Bagaimana hubungan antara suksesi dengan vegetasi?
  5.  Apa saja spesialisasi ekologi tumbuhan?
  6. Bagaimana pendapat dari para ahli ekologi dalam jurnal berjudul Milestones in ecology?
1.3      Tujuan Masalah
Dalam rumusan masalah di atas terdapat beberapa tujuan dan manfaat diantaranya:
  1. Memahami pengertian Ekologi Tumbuhan.
  2. Mengetahui aspek pokok Ekologi Tumbuhan
  3. Menjelaskan mengenai sejarah dan perkembangan Ekologi Tumbuhan.
  4.   Memahami tentang suksesi
  5. Mengetahui hubungan antara suksesi dengan vegetasi
  6. Mengetahui apa saja spesialisasi Ekologi Tumbuhan.
  7. Mengetahui beberapa pendapat dari para ahli dalam jurnal berjudul Milestones in ecology
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Ekologi Tumbuhan
2.1.1  Pengertian Ekologi secara Umum
Secara etimologi, ekologi berasal dari suku kata bahasa yunani, yaitu oikos yang artinya rumah tangga dan logos yang artinya ilmu. Sehingga dapat dinyatakan secara etimologi, ekologi merupakan suatu ilmu tentang makhluk hidup di dalam rumah tangganya. Bandingkan dengan ekonomi yang juga berasal dari bahasa yunani, yaitu oikos yang artinya rumah tangga dan nomos yang artinya sendiri, sehingga secara harfiah adalah bagaimana mengatur rumah tangga sendiri ( Martono, 1991 : 1 ).
Ekologi dan ekonomi mempunyai banyak persamaan. Hanya saja dalam ekologi mata uang yang dipakai dalam transaksi bukalah uang rupiah atau dolar, melainkan materi, energy dan informasi. Arus materi energy dan informasi dalam suatu komunitas atau beberapa komunitas mendapat perhatian utama dalam ekologi.  Oleh karena itu ekologi dapat juga dikatakan ekonomi alam, yang melakukan transaksi dalam bentuk materi, energy, dan informasi ( Soemarwoto, 1989 : 19 ).
Istilah ekologi telah dipakai dalam tahun 1869 oleh Ernst Heackel seorang ahli biologi jerman untuk menanamkan suatu cabang biologi, yaitu ilmu yang mempelajari makhluk hidup dalam kesatuan dengan tempat hidupnya. Otto Soemarwoto mendefinisikan, ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbale balik makhluk hidup dengan lingkungannya. Oleh karena itu permasalahan lingkungan hidup pada hakikatnya adalah permasalahan ekologi ( Soemarwoto, 989 ). 
Ekologi dapat dibedakan menjadi dua cabang yaitu autekologi dan sinekologi. Autekologi yaitu berkecimpung dalam studi organisme atau spesies secara individu, dan sinekologi adalah mempelajari kelompok – kelompok organism yang tergabung sebagai suatu unit. Apabila kita mempelajari pohon kruing misalnya dalam hubungannya dengan lingkungannya maka autekologilah ilmunya, tetapi jika menjadi sasaran penelitian hutan dimana pohon kruing itu hidup, maka pendekatannya dengan sinekologi. Pembagian dalam biologi biasanya menurut garis taksonomi, ada ekologi tumbuhan, ekologi insekta, ekologi vertebrata dan sebagainya. Ada juga pembagian lain yang menurut lingkungannya seperti ekologi air tawar, ekologi laut, ekologi daratan dan sub – subnya dari lingkungan tersebut ( Black, C.A., 2000 ).

2.1.2 Pengertian Ekologi Tumbuhan
Ekologi tanaman mengandung dua pengertian yaitu ekologi sebagai ilmu dan tanaman sebagai objek. Ekologi berasal dari kata eikos yang berarti ruah dan logos yang berarti ilmu. Sedangkan tanaman mengandung arti tumbuhan yang telah dibudidayakan untuk maksud tertentu, sehingga hasilnya dijadikan alat pemenuhan kebutuhan yang memiliki nilai ekonomis. Secara etiologis ekologi tanaman berarti ilmu tentang tanaman di rumah sendiri. Dengan demikian ekologi tanaman dapat diberikan batasan, yaitu ilmu yang mebicarakan tentang spectrum hubungan timbale balik yang terdapat antara tanaman dan lingkungannya serta antara kelompok – kelompok tanaman. Ekologi dikaitkan dengan 6 (enam) level organisasi, yaitu:
  1. organisme (individu)
  2. Populasi
  3. Komunitas
  4. Ekosistem (ecology system )
  5. Sosio-ekosistem
  6. Ekosfer atau biosfer.
Dalam hal ini penting disadari bahwa tanaman tidak terdapat sebagai individu atau kelompok ndividu yang terisolasi Semua tanaman berinteraksi satu sama lain dengan lingkungan sejenisnya, dengan tanaman lain dan dengan lingkungan fisik tempat hidupnya. Dalam proses interaksi ini, tanaman saling mempengaruhi satu dengan lainnya dan dengan lingkungan sekitarnya. Begitu pula dengan factor lingkungan mempengaruhi kegiatan hidup tanaman. Ciri khas ekologi tanaman adalah tanaman dapat mengubah energy kimia menjadi energy potensial dan mengubah bahan anorganik menjadi organic.

2.2  Aspek - Aspek Ekologi Tumbuhan
Ekologi tanaman meliputi tiga aspek pokok, yaitu :
1.      Agronomi
2.      Fisiologi Tanaman
3.      Klimatologi Pertanian
Ketiga aspek ekologi tanaman ini merupakan suatu kelompok ilmu pertanian, yang satu sama lainnya mempunyai hubungan timbale balik. Faktor fisik seperti sinar matahari, pengaruh suhu dan ketersediaan air dan factor meteorology lainnya merupakan kajian Klimatologi yang langsung berpengaruh terhadap aspek fisiologis tanaman. Aspek – aspek fisiologis tanaman sebagai pengaruh factor lingkungan akan merupakan suatu pertimbangan untuk mengelola tanaman, agar di peroleh produksi yang meksimum. Oleh sebab itu ketiga ilmu ini merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dan dikaji tersendiri dan harus merupakan suatu kesatuan. Kajian ekologi tumbuhan berkaitan dengan (odum, 1995: 263-290) :
  1. Makanan
  2. Penyerbukan
  3. Penyebaran / distribusi
  4. Tempat berlindung
  5. Tempat berpasangan
  6. Proses penguraian

2.3 Sejarah dan perkembangan Ekologi Tumbuhan
2.3.1 Sejarah Ekologi Tumbuhan
Sejarah ekologi tumbuhan telah dapat diperkenalakan oleh seorang ekologiwan Jerman yang bernama Ernest Haeckle (1866). Ekologi berasal dari kata Latin “oekologie” yang berasal dari kata oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti kajian atau ilmu. Jadi ekologi berarti kajian organisme di habitatnya atau di tempat hidupnya. Menurut Ernest Haeckle ekologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk ekonomi alam, suatu kajian hubungan anorganik serta lingkungan organik di sekitarnya. Menurut C ekologi adalah ilmu yang mengkaji sejarah alam atau perkehidupan alam (natural history) secara ilmiah, dan menurut Andrewartha (1961) ekologi adalah ilmu yang membahas penyebaran (distribusi) dan kemelimpahan organisme. Sedangkan Eugene P. Odum (1963) menyatakan bahwa ekologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur dan fungsi alam. Charles J. Krebs (1978) menyatakan ekologi adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji interaksi-interaksi yang menentukan penyebaran dan kemelimpahan organisme.
Saat ini definisi ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya, baik lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik. Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan abiotiknya, bagaimana lingkungan mempengaruhinya, dan bagaimana makhluk hidup merespon pengaruh tersebut. Sedangkan interaksinya dengan sesama biotik menyebabkan terjadinya simbiotik dari berbagai makhluk hidup.
Kajian ekologi komunitas berkembang ke dalam dua kutub, yaitu di Eropa yang dipelopori oleh Braun-Blaunquet (1932) yang kemudian dikembangkan oleh para ahli lainnya. Mereka tertarik untuk mempelajari komposisi, struktur, dan distribusi dari komunitas. Kutub lainnya di Amerika, seperti Cowles (1899), Clements (1916), dan Gleason (1926) yang mempelajari perkembangan dan dinamika komunitas tumbuhan. Sedangkan Shelford (1913,1937), Adams (1909), dan Dice (1943) di Amerika dan Elton di Inggris mengungkapkan hubungan timbal balik antara tumbuhan dan hewan. Pada saat yang bersamaan perhatian terhadap dinamika populasi juga banyak dikembangkan para ahli. Pendekatan secara teoritis dikembangkan oleh Lotka (1925), dan Voltera (1926) menstimuli pendekatan secara eksperimen. Pada tahun 1940-an dan 1950-an Lorenz dan Tinbergen mengembangkan konsep-konsep tingkah laku yang bersifat instink dan agresif. Sedangkan tingkah laku sosial dalam regulasi populasi dikembangkan oleh Wynne dan Edward (1960) secara mendalam di Inggris. Berdasarkan penemuan-penemuan dari Darwin (1859) dan Wight (1931) ekologi berkembang kearah kajian genetika populasi, kajian evolusi, dan adaptasi. Leibig (1840) mengkaji pengaruh lingkungan nonbiotik terhadap organisme, sehingga ekologi berkembang ke arah eko-klimatologi dan ekofisiologi.
Ahli-ahli ekologi tumbuhan mencoba menemukan faktor-faktor yang men-dukung dan berperanan dalam kehidupan vegetasi. Mereka terus menerus mencoba melakukan penelitian ke arah yang lebih baik, sebagaimana ahli biologi lainnya dengan mengikuti perkembangan kemajuan bidang kimia dan fisika, seperti ditemukannya DNA, ikatan hidrogen dan partikel sub atom dan lain-lain. Manusia selalu berusaha untuk mengetahui hasil penemuan yang sudah ada, dan dalam rangka untuk menggali penemuan yang akan datang. Ahli ekologi tumbuhan sangat berkeinginan untuk mengetahui hubungan yang lengkap antara tumbuhan yang satu dengan yang lainnya dan dengan lingkungannya.
Secara lebih mendasar, ekologiwan tumbuhan ingin menjawab beberapa perta-nyaan seperti; Bagaimana tumbuhan mengatasi masalah dispersal, perkecambahan pada tempat yang cocok, kompetisi, nutrien dan pembebasan energi? Bagaimana tumbuhan dapat bertahan terhadap keadaan yang kurang baik atau yang membahayakan, seperti api, banjir, kemarau panjang dan lain-lain? Bagaimana tumbuhan dapat menjelaskan keberadaannya, kekuatan tumbuh dan jumlahnya pada masa yang lalu, sekarang dan masa yang akan datang pada habitat mereka
Dengan mengembangkan pertanyaan tersebut di atas, maka banyak sekali informasi yang bisa digali dari hubungan sesama tumbuhan dan dengan lingkungannnya. Ada ekologiwan yang tertarik kepada masalah-masalah yang bersifat mendasar dalam melakukan deskripsi vegetasi, tetapi ada juga ekologiwan yang yang tertarik pada masalah penerapan informasi dasar tersebut, sehingga memunculkan ekologi terapan.
Ekologiwan tumbuhan terapan banyak dikenal sebagai manajer penggembalaan ternak, rimbawan atau agronomiwan. Mereka berusaha untuk mengetahui bagaimana tumbuhan beradaptasi dengan lingkungannya, sehingga tumbuhan tersebut dapat tetap berada pada habitatnya. Peletak dasar ekologi tumbuhan adalah Friedrich Heinrich Alexander von Humbolt (1769-1859) ahli botani. Ia banyak meneliti tentang botani, dan memperkenalkan term assosiasi, fisiognomi, hubungan antara distribusi tipe vegetasi dengan faktor-¬faktor lingkungan seperti elevasi, ketinggian, dan temperatur. Humbolt juga dikenal sebagai tokoh geografi tumbuhan. Anton Kerner von Marilaun (1831-1898) dikenal setelah dia menerbitkan hasil penelitiannya yang berjudul Plant Life of the Danube Basin (1863), dengan tuntas ia menjelaskan pengertian dari suksesi. August Grisebach (1814-1879) telah melakukan perjalanan yang luas dan telah mendeskripsikan lebih dari 50 tipe-tipe vegetasi utama dalam term fisiognomi modern. Ia menjelaskan hubungan distribusi tumbuhan dengan faktor-faktor lingkungan. Tokoh biologi lain yang mempunyai kontribusi dalam perkembangan ekologi tumbuhan adalah Oscar Drude (1890 dan 1896), Adolf Engler (1903), George Marsh (1864), Asa Gray (1889) dan Charles Darwin yang terkenal dengan bukunya Origin of Species.
Ekologi tumbuhan berkembang dengan cepat setelah beberapa ahli botani juga tertarik meneliti ekologi tumbuhan. Johannes Warming (1841-1924) berhasil mengidentikasi 2600 spesimen tumbuhan dan menulis sebuah buku tentang vegetasi ( 1982), dimana di dalamnya diuraikan tentang geologi, tanah dan iklim, tipe-tipe vegetasi dan komunitas, dominan dan subdominan, nilai adaptasi bermacam-macam life form, pengaruh api terhadap komposisi komunitas dari suksesi serta fenologi dari komunitas dan taxa. Andreas Franz Wilhelm Shimper (1856-1901) ahli botani Jerman, ia menerbitkan buku yang berjudul Plant Geography on a Physiological Basis (1898 dan 1903), sebagai pemula ekofisiologi. Selanjutnya Jozep Paczoski (1864-1941) dan Leonid Ramensky (1884-1953) telah menulis hal-hal yang berkenaan dengan fito-sosiologi dan fitocoenocis. Clinton Hart Merriam (1855-1942) dari Universitas Columbia, juga telah melakukan ekspedisi yang panjang dalam melakukan penelitian vegetasi dalam hubungannya dengan zona elepasi. Ahli ekologiwan yang sangat terkenal Frederick Edward Clements (1874-1945) besar sekali sumbangannya terhadap kemajuan Ekologi Tumbuhan. Pada tahun 1898 ia telah menerbitkan sebuah karya yang berjudul The Phytogeography of Nebraska. Ia juga banyak menulis keadaan vegetasi di Amerika Utara, tentang formasi dan suksesi, varian lokal dan lain-lain.
Sejak tahun 1925, ekologi tumbuhan terus berkembang dengan pesat, hal ini ter-jadi karena sumbangan yang sangat besar dari para ekologiwan dari Eropa dan Amerika. Di antara ekologiwan tersebut adalah Henry Gleason yang tahun 1926 dengan panjang lebar menulis tentang asosiasi dan komunitas tumbuhan. Ekofisiologi telah dikembangkan sekitar tahun 1940 dan 1950 an. dari tahun 1940 an sampai 1970 an telah pula mengembangkan sinekologi.  Di Eropa, Christen Raunkier telah mengembangkan klasifikasi life form dan metode sampling vegetasi. Tokoh yang juga besar andilnya dalam pengembangan ekologi tumbuhan adalah Josias Braunn-Blanquet (1884-1980) yang mengembangkan metode sampling komunitas, reduksi data, dan nomenklatur asosiasi.
2.3.2 Suksesi
Suksesi merupakan proses yang menyeluruh dan kompleks dengan adanya permulaan, perkembangan dan akhirnya mencapai kestabilan pada fase klimaks. Klimaks merupakan fase kematangan yang final, stabil memelihara diri dan berproduksi sendiri dari suatu perkembangan vegetasi dalam suatu iklim.
Berdasarkan kondisi habitat pada awal suksesi, dapat dibedakan dua macam suksesi :
1.      suksesi primer
Terjadi jika suatu komunitas mendapat gangguan yang mengakibatkan komunitas awal hilang secara total sehingga terbentuk habitat baru. Contoh dapat berupa tanah longsor, letusan gunung berapi, dan endapan lumpur di muara sungai.

1.      suksesi sekunder
Terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas tidak bersifat merusak total tempat komunitas tersebut sehingga masih terdapat kehidupan / substrat seperti sebelumnya, misalnya angin topan, banjir, kebakaran.

1.3.3        Hubungan Antara Suksesi dan Vegetasi 
Lucy E. Braun (1956) mengatakan bahwa vegetasi merupakan sistem yang dinamik, sebentar menunjukkan pergantian yang kompleks kemudian nampak tenang, dan bila dilihat hubungan dengan habitatnya, akan nampak jelas pergantiannya setelah mencapai keseimbangan. Pengamatan yang lama pada pergantian vegetasi di alam menghasilkan konsep suksesi.
Suksesi vegetasi menurut Odum adalah: urutan proses pergantian komunitas tanaman di dalam satu kesatuan habitat, sedangkan menurut Salisbury adalah kecenderungan kompetitif setiap individu dalam setiap fase perkembangan sampai mencapai klimaks, dan menurut Clements adalah proses alami dengan terjadinya koloni yang bergantian, biasanya dari koloni sederhana ke yang lebih kompleks.
Clements (1916) menuliskan pendapat-pendapatnya yang sangat persuasif, ia menyatakan bahwa vegetasi dapat disejalankan dengan ”organisma super”, mampu memperbaiki atau  mengelola dirinya sendiri bila terjadi gangguan atau kerusakan. Ia juga mengenalkan adanya 6 (enam ) unsur yang akan terjadi sehubungan dengan proses suksesi yaitu :
  • a.       Penggundulan, yang mengakibatkan terjadinya substrat baru.
  • b.      Migrasi, kehadiran migrula atau organ pembiak tumbuhan.
  • c.       Eksesis, Perkecambahan, pertumbuhan, reproduksi, dan penyebaran.
  • d.      Kompetisi, persaingan sehingga adanya pengusiran satu species oleh  species lainnya.
  • e.       Reaksi, perubahan pada ciri dan sifat habitat oleh jenis tumbuhan.
  • f.       Stabilitasi, yang menghasilkan komunitas tumbuhan pada tingkatan yang matang.
2.4  Pendekatan dalam Ekologi tumbuhan
Secara umum Ekologi sebagai salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari interaksi atau hubungan pengaruh mempengaruhi dan saling ketergantungan antara organisme dengan lingkungannya baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan makhluk hidup itu. Lingkungan tersebut artinya segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup yaitu lingkungan biotik maupun abiotik. Beberapa ahli ekologi mendefinisikan Ekologi sebagai berikut:
  • a.       Odum (1983), Ekologi diartikan sebagai totalitas atau pola hubungan antara makhluk dengan lingkungannya.
  • b.      Kendeigh (1980), Ekologi sebagai kajian tentang hewan dan tumbuhan dalam hubungannya antara satu makhluk dengan makhluk hidup yang lain dan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
  • c.       Krebs (1972), Ekologi, merupakan ilmu yang mempelajari interaksi-interaksi yang menentukan sebaran/agihan (distribusi) dan kelimpahan organisme-organisme.
Fungsi ekosistem menunjukkan hubungan sebab akibat yang terjadi secara keseluruhan antar komponen dalam sistem. Ini jelas membuktikan bahwa ekologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari seluruh pola hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya, serta dengan semua komponen yang ada di sekitarnya. Di dalam ekologi tumbuhan ada dua bidang kajian, yaitu Autekologi dan Sinekologi.
  1.  Autekologi, yaitu ekologi yang mempelajari suatu spesies organisme atau organisme secara individu yang berinteraksi dengan lingkungannya. Contoh autekologi misalnya mempelajari sejarah hidup suatu spesies organisme, perilaku, dan adaptasinya terhadap lingkungan. Jadi, jika kita mempelajari hubungan antara pohon Pinus merkusii dengan lingkungannya, maka itu termasuk autekologi. Contoh lain adalah mempelajari kemampuan adaptasi pohon merbau (Intsia palembanica) di padang alang-alang, adaptasi kaktus pada lingkungan kering dan Adaptasi teratai di lingkungan berair, contoh lain Pada saat lingkungan dalam keadaan kering, tumbuhan yang termasuk suku jahe-jahean akan mematikan sebagian tubuhnya yang tumbuh di permukaan tanah, pada musim kemarau. tumbuhan tropofit, misalnya pohon jati dan randu, menggugurkan daunnya
    2. Sinekologi, yaitu ekologi yang mempelajari kelompok organisme yang tergabung dalam satu kesatuan dan saling berinteraksi dalam daerah tertentu. Misalnya mempelajari struktur dan komposisi spesies tumbuhan di hutan rawa, hutan gambut, atau di hutan payau, mempelajari pola distribusi binatang liar di hutan alam, hutan wisata, suaka margasatwa, atau di taman nasional, dan lain sebagainya.
    Dari segi autekologi, maka bisa dipelajari pengaruh suatu faktor lingkungan terhadap hidup dan tumbuhnya suatu jenis pohon yang sifat kajiannya mendekati fisiologi tumbuhan, dapat juga dipelajari pengaruh suatu faktor lingkungan terhadap hidup dan tumbuhnya suatu jenis binatang liar atau margasatwa. Bahkan dalam autekologi dapat dipelajari pola perilaku suatu jenis binatang liar, sifat adaptasi suatu jenis binatang liar, maupun sifat adaptasi suatu jenis pohon. Dari segi sinekologi, dapat dipelajari berbagai kelompok jenis tumbuhan sebagai suatu komunitas, misalnya mempelajari pengaruh keadaan tempat tumbuh terhadap komposisi dan struktur vegetasi, atau terhadap produksi hutan. Dalam ekosistem bisa juga dipelajari pengaruh berbagai faktor ekologi terhadap kondisi populasi, baik populasi tumbuhan maupun populasi binatang liar yang ada di dalamnya. Akan tetapi pada prinsipnya dalam ekologi tumbuhan, kajian dari kedua segi (autekologi dan sinekologi) itu sangat penting.
    Ekologi tumbuhan berusaha untuk menerangkan rahasia kehidupan pada tahapan individu, populasi dan komunitas. Ketiga tingkat utama ini membentuk sistem ekologi yang dikaji dalam ekologi tumbuhan. Masing-masing tingkatan adalah bersifat nyata, tidak bersifat hipotetik seperti spesies, jadi dapat diukur dan diobservasi struktur dan operasionalnya. Individu dan populasi tidak terpisah-pisah, mereka membentuk asosiasi dan terorganisasi dalam pemanfaatan energi dan materi membentuk suatu masyarakat atau komunitas dan berintegrasi dengan faktor lingkungan di sekitarnya membentuk ekosistem.
    Berdasarkan tingkat integrasinya maka secara ilmu, kajian ekologi tumbuhan dapat dibagi dalam dua pendekatan, yaitu sinekologi dan autekologi. Sinekologi, berdasarkan falsafah dasar bahwa tumbuhan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang dinamis. Masyarakat tumbuhan dipengaruhi oleh dua hal, yaitu keluar masuknya unsur-unsur tumbuhan dan turun naiknya berbagai variabel lingkungan hidup. Dalam sinekologi komunitas tumbuhan atau vegetasi mempunyai perilaku sebagai suatu organisma utuh. Vegetasi bisa lahir, tumbuh, matang dan akhirnya mati. Dua bidang kajian utama dalam sinekologi adalah bidang kajian tentang klasifikasi komunitas tumbuhan dan bidang kajian tentang analisis ekosistem (Lasker, G. w., 2000).
    Autekologi, falsafah yang mendasarinya adalah dengan memandang tumbuhan sebagai ukuran yang menggambarkan kondisi lingkungan sekitarnya. Clements menyatakan bahwa setiap tumbuhan adalah alat pengukur bagi keadaan lingkungan hidup tempat ia tumbuh. Dalam hal ini paling sedikit yang dimaksud dengan alam lingkungannya adalah iklim dan tanah. Dari kajian ini lahir bidang kajian yang menilai bahwa tumbuhan adalah sebagai indikator alam atau indikator lingkungan hidup. Bidang kajian ini dikenal dengan ekologi fisiologi. Perbedaan dari kedua bidang kajian ini adalah :
    Perbedaan antara sinekologi dan autelkologi
    Autekologi
    Sinekologi
    Bersifat filosofis
    -          Bersifat Eksperimental
    Deduktif
    Induktif
    -          Deskriptif
    Kuantitatif
    Sulit dengan pendekatan rancangan percobaan atau eksperimental design
    Dapat dilakukan berdasarkan rancangan percobaan atau eksperimental design

    Autekologi memperhatikan kondisi dan tanggapan individu spesies tanaman dalam habitat mereka. Selama evolusi, tumbuhan telah menempati setiap habitat terestrial dengan kondisi mulai dari iklim tropis, es abadi, padang rumput, padang gurun dan tempat dengan salinitas tinggi dimana kandungan nutrisinya yang sangat rendah. Kondisi lingkungan yang berbeda ini mengharuskan tanaman untuk beradaptasi.
    Subyek dari autekologi adalah hasil dari proses tersebut, yaitu untuk menemukan ciri yang memungkinkan individu tanaman untuk berkembang di bawah kondisi tertentu. Tanggapan yang mungkin terhadap lingkungan adalah reaksi biokimia sampai dengan perubahan morfologi. Tanaman terdiri dari berbagai macam bentuk, dari tumbuhan raksasa yang berusia ratusan tahun di hutan hujan tropis dengan siklus hidup yang dimulai dari perkecambahan untuk pembentukan biji dalam hitungan abad, sampai pada spesies tahunan di daerah kering yang membentuk biji hanya dalam waktu beberapa hari. Ciri yang dimilki oleh tanaman untuk menanggapi keadaan lingkungan adalah pada struktur dan fisiologi. Jadi autekologi adalah keseluruhan ekologi tanaman, memperhatikan reaksi pada tingkatan organ individu (misalnya, tunas, ukuran daun, kedalaman akar) atau hubungan antar organ (misalnya, penyebaran materi antara pucuk dan akar, regulasi dari koordinasi akar dan pucuk). Ekologi individu tanaman menyajikan hubungan antara stres fisiologi dengan kondisi lingkungan.  Keseluruhan ekologi tanaman dapat dibagi dalam beberapa cara. Individu tanaman akan mengatur berbagai komponen dan menjaga keseimbangan mereka, antara lain:
    a.       Keseimbangan suhu, suhu yang diperlukan tidak berlebihan
    b.      Keseimbangan air, kondisi aktif dimungkinkan jika sel dalam kondisi air yang cukup
    c.       Keseimbangan nutrisi, pertumbuhan akan terjadi hanya dengan adanya elemen esensial dalam nutrisi
    d.      Keseimbangan karbon, diperlukan untuk mensuplai organ yang ada untuk pertumbuhan dan reproduksi.
    Sinekologi adalah tingkatan lebih besar dalam ekologi tanaman, perluasan populasi berdasarkan perbanyakan dan persebaran. Sinekologi tidak melihat individu sevara sendiri, melainkan perilaku populasi baik secara spasial maupun temporal, terdiri dari pertumbuhan populasi, homeostasis. Umumnya, vegetasi alami terdiri dari keanekaragaman spesies yang memanfaatkan sumberdaya yang ada. Dalam sinekologi, spektrum yang luas dari respon di tingkat selular dan seluruh tanaman tergantikan oleh keanekaragaman yang besar pada spesies (350.000 spesies tanaman vaskular) yang menentukan komposisi proporsi yang berbeda pada vegetasi permukaan bumi. Beberapa hal yang menjadi pokok bahasan dalam sinekologi adalah:
    a.       Interaksi antara tanaman dan lingkungannya
    b.      Interaksi antara tanaman dengan hewan
    c.       Interaksi antar tanaman
    BAB III
    KESIMPULAN
    Ø  Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik makhluk hidup dengan lingkungannya.
    Ø  Ekologi pertama kali dipakai dalam tahun 1869 oleh Ernst Heackel seorang ahli biologi jerman untuk menanamkan suatu cabang biologi, yaitu ilmu yang mempelajari makhluk hidup dalam kesatuan dengan tempat hidupnya.
    Ø  Ekologi tumbuhan adalah ilmu yang mebicarakan tentang spectrum hubungan timbale balik yang terdapat antara tanaman dan lingkungannya serta antara kelompok – kelompok tanaman.
    Ø  Ekologi sebagai salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari interaksi atau hubungan pengaruh yang  mempengaruhi dan saling ketergantungan antara organisme dengan lingkungannya baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan makhluk hidup itu.
    Ø    Autekologi, yaitu ekologi yang mempelajari suatu spesies organisme atau organisme secara individu yang berinteraksi dengan lingkungannya
    Ø  Sinekologi, yaitu ekologi yang mempelajari kelompok organisme yang tergabung dalam satu kesatuan dan saling berinteraksi dalam daerah tertentu.

    DAFTAR PUSTAKA
    Campbell, N. A. Reece, dan L.G. Mitchell. 2004. Biologi jilid II. Erlangga. Jakarta. Hardjosuwarno, S. 1990. Dasar-dasar Ekologi Tumbuhan. Fakultas Biologi UGM.Yogyakarta.
    Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan, Bumi Aksara. Jakarta.
    Irwan Zoenrani. 2003 prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi.Bumi Aksara Jakarta.
    Ondum. E.P 1993 Dasar-dasar Ekologi UGM.Yogyakarta.
    McNaughton, S.J. dan Larry L.  1998. Ekologi Umum. Gajah Mada University. Jogjakarta.
    Syafe’i, E. S. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB. Bandung
    Somarwoto, O. 2001. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan.
    Kartasapoetra, Ance Gunarsih, Ir., 1993. Klimatologi Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan Tanaman. Jakarta : Bumi Aksara.
    Tjasyono, Bayon. 2004. Klimatologi. Bandung : ITB.




1 komentar: