ALEL GANDA DAN PEWARISAN GOLONGAN DARAH
Alel
merupakan bentuk alternatif sebuah gen yang terdapat pada lokus (tempat
tertentu) atau bisa dikatakan alel adalah gen-gen yang menempati atau terletak
pada lokus yang sama pada kromosom homolognya yang mempunyai tugas berlawanan
untuk suatu sifat tertentu. (Susanto, Agus Hery, 2011).
Surya
(1984) mendefinisikan alel sebagai anggota dari sepasang gen yang memiliki
pengaruh berlawanan. Misalnya gen B memiliki peran untuk menumbuhkan karakter
pigmentasi kulit secara normal. Gen B dapat membentuk melanin karena
diekspresikan sepenuhnya pada penampakan fisik organisme. Dalam hal ini gen B
menimbulkan karakter yang dominan. Apabila gen B bermutasi maka akan berubah menjadi b, sehingga pigmentasi kulit
secara normal, tidak dapat dilakukan. Gen b menimbulkan karakter yang berbeda,
yaitu resesif. Karakter resesif ini menumbuhkan karakter albinisme (tidak
terbentuk melanin). Contoh yang lainnya, misalnya:
1. K
alelnya k, untuk rambut keriting dan lurus.
2. H
alelnya h, untuk kulit hitam dan putih dan sebagainya.
Alel
ganda (multiple
alelo murphi) adalah beberapa alel lebih dari satu gen yang menempati lokus
sama pada kromosom homolognya. Dilihat dari pengaruh
gen pada fenotipe, alel memiliki pengaruh yang saling berlawanan dalam
pengekspresian suatu sifat. Di dalam suatu lokus, terdapat sepasang atau lebih
alel. Bila terdapat sepasang alel dalam suatu lokus, maka disebut alel tunggal.
Bila terdapat lebih dari satu pasang alel dalam satu lokus, maka disebut alel
ganda atau multiple alelmorfi (Bintang, Galai, 2012).
Alel ganda terjadi karena timbulnya mutasi gen.
tetapi gen yang bermutasi tidak selalu menghasilkan varian yang sama.
Umpamanya, gen A bermutasi menjadi a1 atau a2 atau a3, yang masing-masing
menghasilkan fenotip yang berlainan. Dengan demikian mutasi gen A dapat
menghasilkan 4 macam varian, sedangkan anggota alel-nya bukan hanya 2 (dua), tetapi
ada 4 (empat), yaitu: A, a1, a2 dan a3. Alel yang anggotanya lebih dari dua
disebut alel ganda (Anang, Asep, 2011).
Pada multiple alelmorfi, terjadi perbedaan sifat pengekspresian
suatu gen. Dua gen yang terdapat dalam lokus yang sama akan dapat memunculkan
ekspresi yang berbeda karena adanya interaksi antara kedua gen tersebut.
Interaksi tersebut dapat berupa pemnculan sifat yang dominan pada satu gen
(menutupi sifat lain), atau bercampurnya pemunculan sifat gen yang ada sehingga
memunculkan sifat kombinasi antara gen-gen tersebut/ seimbang (Bintang,
Galai, 2012).
Secara matematika hubungan antara
banyaknya anggota alel ganda dan banyaknya macam genotipe individu diploid
dapat diformulasikan sebagai berikut (Susanto, Agus Hery, 2011) :
I. Warna
rambut kelinci.
Beberapa warna
dasar kulit kelinci disebabkan oleh suatu seri alel ganda, yaitu (Suryo, 2005)
:
1. C+ adalah alel
yang menyebabkan kulit kelinci berambut abu-abu bercampur kuning, cokelat dan
dengan ujung rambut hitam. Kelinci ini merupakan kelinci liar (normal).
2. Cch adalah alel
yang menyebabkan kulit kelinci berambut abu-abu perak, tanpa warna kuning. Kelinci
yang mempunyai fenotip ini disebut “chinchilla”.
3. Ch adalah alel
yang menyebabkan kulit kelinci berambut putih, kecuali telinga, hidung, kaki,
dan ekor berwarna hitam. Kelinci ini dinamakan kelinci Himalaya.
4. c adalah alel
yang menyebabkan kulit kelinci berwarna putih.
fenotipe
|
Kemungkinan genotipe
|
Kelabu (normal)
|
C+ C+ ; C+CCH
; C+CH ; C+c
|
Chinchilla
|
CCH CCH ; CCH CH ;
CCHc
|
Himalaya
|
CH CH ; CH
c
|
albino
|
cc
|
Berbagai
percobaan perkawinan pada bermacam-macam kelinci itu memberi petunjuk bahwa
dominansi alel-alel tersebut ialah:
Perkawinan antara kelinci normal dengan chincilla
menghasilkan keturunan F1 yang semuanya berupa kelinci normal. Tetapi keturunan
F2 memperlihatkan perbandingan fenotip = 3 normal : 1 chincilla. Ini memberikan
pengertian bahwa gen yang menyebabkan warna abu-abu dan chinchilla merupakan
alel (Suryo, 2005).
II.
Alel Ganda pada Tanaman/Tumbuhan
Contoh
umum alel ganda pada tanaman ialah alel S,
yang berperan dalam mempengaruhi sterilitas. Ada dua macam sterilitas yang
dapat disebabkan oleh alel S, yaitu
sterilitas sendiri (self sterility) dan sterilitas silang (cross sterility).
Mekanisme
terjadinya sterilitas oleh alel S pada
garis besarnya berupa
kegagalan pembentukan saluran serbuk sari akibat adanya semacam reaksi
antigen-antibodi antara saluran tersebut dan dinding pistil.
III.
SISTEM GOLONGAN DARAH
a.
Sistem golongan darah ABO pada manusia
Sebagian besar gen yang ada dalam populasi sebenarnya hadir
dalam lebih dari dua bentukan alel. Golongan darah ABO pada manusia,
misalnya, ditentukan oleh tiga alel pada satu gen tunggal : IA, IB,
dan IO. Golongan
darah seseorang (fenotipe) mungkin salah satu dari empat tipe : A, B, AB, atau
O. Huruf-huruf ini mengacu pada dua karbohidrat A dan B yang bisa ditemukan di
permukaan sel darah merah. Sel darah seseorang mungkin memiliki karbohidrat A
(golongan darah A), karbohidrat B (golongan darah B), keduanya (golongan darah
AB), dan tidak keduanya (golongan darah O) (Campbell, dkk., 2008).
Hal ini pertama kali ditemukan oleh Dr. Karl Landsteiner
bahwa sel-sel darah merah (eritrosit) dari mata telanjang, apabila dicampur
dengan serum dari beberapa orang, tetapi tidak dengan semua orang. Kemudian
diketahui bahwa dasar dari menggumpalnya eritrosit tadi adalah adanya reaksi
antigen antibodi beberapa individu akan menggumpal (beraglutinasi) dalam
kelompok-kelompok yang dapat dilihat dengan. Apabila suatu substansi asing
(disebut antigen) disuntikkan ke dalam aliran darah dari seekor hewan akan akan
mengakibatkan terbentuknya antibodi tertentu yang akan bereaksi dengan antigen
(Suryo, 2005).
Alel
IA dan IB masing-masing mengendalikan pembentukan antigen A dan
antigen B, sedangkan alel IO tidak membentuk antigen.
Antigen atau aglutinogen adalah glikoprotein yang tedapat pada membran
sel-seldarah merah. Perbedaan antara antigen A dan antigen B hanya pada residu
gulanya,yaitu masing-masing asetil galaktosianin dan galaktosa. Penggumpalan
sel-sel darah merah pada proses transfusi terjadi karena terbentuknya antibodi
aglutinin pada serum darah penerima sebagai reaksi terhadapantigen darah donor.
Antibodi yang terbentuk dalam serum adalah anti-A padagolongan darah B, anti-B
pada golongan darah A dan terbentuk keduanya padagolongan darah O atau tidak
terbntuk antibodi pada golongan darah AB. Anti-Amenggumpalkan antigen A dan
anti-B menggumpalkan antigen B. Oleh karena itugolongan darah AB disebut
Resipien Universal dan golongan darah O disebut Donor Universal.Hubungan antara
alel IA dengan IB bersifat kodominan dan keduanya bersifatdominan terhadap alel
IO. Genotipe pada sistem golongan darah ABO serta antigendan antibodinya.
Golongan darah
|
genotipe
|
Antigen dalam sel darah merah
|
Antibodi dalam serum
|
A
|
IAIA / IAIO
|
Antigen A
|
Anti B
|
B
|
IBIB / IBIO
|
Antigen B
|
Anti A
|
AB
|
IAIB
|
Antigen A
|
Tidak ada
|
O
|
IOIO
|
Antigen B
|
Anti A, Anti B
|
Dari
table diatas dapat diketahui :
Gen
IA dominan terhadap IO
Gen
IB dominan terhadap IO
Gen
IO bersifat resesif
Apabila
gen IA dan IB bersama, gen dalam keadaan heterozigot, maka akan memunculkan
golongan darah AB. Lokus ABO mengatur tipe glikolipid pada permukaan eritrosit
dengan cara memberikan spesifikasi jenis enzim yang mengatalisis pembentukan
polisakaridadi dalam eritrosit tersebut. Glikolipid yang dihasilkan akan
menjadi penentu karakteristika reaksi antigenik tehadap antibodi yang terdapat
di dalam serum darah. Tubuh seseorang
tidak mungkin terjadi reaksi antara antigen dan antibodi yang dimilikinya
sendiri. Namun, pada transfusi darah kemungkinan terjadinya reaksi antigen-antibodi
yang mengakibatkan terjadinya aglutinasi (penggumpalan) eritrosittersebut
sangat perlu untuk diperhatikan agar dapat dihindari.
b.
Golongan Darah Manusia Dengan Sistem MN
Pengelompokan
pada sistem MN ini dilakukan berdasarkan atas reaksi antigen-antibodi. Kontrol
gen pada golongan darah sistem MN tidak berupa alel ganda, tetapi dalam hal ini
hanya ada sepasang alel, yaitu IM dan IN, yang bersifat
kodominan. Terdapat tiga macam fenotipe yang dimunculkan oleh tiga macam
genotipe, masing-masing golongan darah M (IMIM), golongan
darah MN (IMIN), dan golongan darah N(ININ).
Berbeda dengan golongan
darah system ABO, golongan darah Sistem MN :
Serum
atau plasma darah orang tidak mengandung anti-M dan anti-N. Berhubung dengan
itu golongan darah sistem MN tidak penting untuk keperluan transfusi darah
karena tidak ada bahaya penggumpalan darah.
c.
Golongan Darah Tipe Rh
Diperkenalkan
oleh Karl Laindsteiner pada tahun 1940 yang melakukan penelitian pada monyet rhesus (Macaca mulatta).
Pada
mulanya Landsteiner menyimpulkan bahwa penurunan golongan darah ini dipengaruhi
oleh satu gen yang terdiri dari 2 alel, yaitu R dan r, dimana R dominan
terhadap r. Dikenal 2 macam golongan darah yaitu Rh+ dan Rh-.
Rh+ memiliki antigen Rh pada permukaan eritrositnya. Genotipe RR dan
Rr. Rh-tidak memiliki antigen Rh. Genotipe rr.
Penelitian
oleh Wiener mengemukakan bahwa golongan darah Rh ditentukan oleh satu seri alel
ganda, yang terdiri dari 8 alel, yaitu : Rh+ alelnya R , R , R
, dan R. Rh-alelnya r , r’, r‟, dan r
Berdasarkan
ada tidaknya antigen-Rh, maka golongan darah manusia dibedakan atas dua
kelompok, yaitu :
1.
Orang Rh-positif (Rh+), berarti darahnya memiliki antigen-Rh yang ditunjukkandengan
reaksi positif atau terjadi penggumpalan eritrosit pada waktu dilakukantes
dengan anti-Rh (antibodi Rh).
2.
Orang Rh-negatif (Rh-), berarti darahnya tidak memiliki antigen-Rh
yang ditunjukkan dengan reaksi negatif atau tidak terjadi penggumpalan saat dilakukan
tes dengan anti-Rh (antibodi Rh).
terima kasih
BalasHapus